Kaprodi Magister Arsitektur Wakili Untag Surabaya Hadir di International Conference AUN-QA, Vietnam
19Des
Berita Dilihat 86 Kali

Kaprodi Magister Arsitektur Wakili Untag Surabaya Hadir di International Conference AUN-QA, Vietnam

Ketua Program Studi (Kaprodi) Magister Arsitektur Untag Surabaya, Tigor Wilfritz Soaduon Panjaitan, S.T., M.T., Ph.D hadir pada International Conference ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA) yang digelar pada 11-12 Desember 2024 di Ton Duc Thang University, Ho Chi Minh, Vietnam.

Tigor hadir sebagai delegasi resmi Untag Surabaya dan bergabung dalam 400 peserta dari 153 universitas se-ASEAN yang menjadi anggota resmi dari AUN-QA. 

Agenda yang rutin diadakan setahun sekali tersebut mengangkat tema Innovating ASEAN Higher Education: Embracing AI Integration, Database Utilization and Future-Ready Quality Culture sebagai bentuk motivasi dan ajang diskusi strategis yang terjalin diantara para akademisi dan praktisi di wilayah ASEAN.

“Fokus pada konferensi ini pada AI, meresponnya bukan sebagai ancaman tetapi sebagai satu metode yang harus dimanfaatkan sebenarnya,” ujar Tigor saat ditemui pada (19/12).

Ia melanjutkan bahwa para pakar turut hadir untuk membahas bahwa AI dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam riset, kajian, hingga penggunaan AI untuk meringankan beban kerja sekaligus meningkatkan efektifitas penyelesaian pekerjaan terutama di industri pendidikan.


Dalam kesempatan ini, Tigor bersama peserta lainnya diajak untuk menjelajahi kekayaan budaya yang ada di negara bagian Tenggara Vietnam Selatan, tepatnya di Kota Ho Chi Minh. Sebagai dosen Arsitektur Untag Surabaya, ia turut memperhatikan bangunan-bangunan bersejarah yang khas dengan nuansa Perancis yang terkenal dengan grand design-nya.

“Gaya arsitektur terutama penataan ruang-ruang, sumbu-sumbu, simetrikal-simetrikalnya itu menjadi sangat kuat,” kesannya.

Ketua Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia (IALI) Jawa Timur tersebut turut menambahkan bahwa kebanyakan gedung-gedung bersejarah itu ada namun akan menjadi sebuah tantangan bagi pemerintah setempat untuk mempertahankan bangunan dan mengubah ahli fungsinya yang dimana jika tidak berhasil maka gedung tersebut akan menjadi sebuah gedung tanpa makna.

“Yang menarik adalah disana (Ho Chi Minh) gedung-gedung tua itu tetap mampu bernilai guna yang artinya terevitalisasi dalam fungsi beragam mulai dari butik, hotel, resto, dsb,” tuturnya.

Tigor tidak henti memuji bagaimana tata letak bangunan kota yang secara cerdas mampu menyandingkan gedung-gedung baru yang didesain pada saat ini dengan gedung tua peninggalan sejarah, sehingga tidak terkesan saling bertabrakan justru saling menonjol.

“Pengikat yang utama dari semua elemen-elemen fisik bangunan tadi adalah lansekapnya yang di desain dengan cukup apik,” lanjut Tigor.

Selama perjalanan satu minggu lamanya, membuat Tigor memiliki kesan bahwa Kota Ho Chi Minh merupakan kota yang rapi dan bersih serta tidak memiliki kesan kumuh meski di wilayah sungai sekalipun.

Pendaftaran Mahasiswa Baru Untag Surabaya